Oleh: kesppi | 2 Juni 2012

Hedonisme dalam Diri Kita

Oleh : Sumayyah

            Seperti yang kita tahu, Hedonisme merupakan prinsip yang mengajarkan bahwa hidup adalah untuk mencari kesenangan semata dan menghindari apapun yang menyusahkan dirinya. Jika ada hal yang mebuat dirinya susah, kaum hedonisme akan menghindari ataupun mencari jalan pintas. Salah satu contoh dari Hedonisme adalah membelanjakan hartanya demi kepuasan diri sendiri tanpa menghiraukan penting atau tidaknya barang yang ia beli. Padahal Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:

“…dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [QS Al-Isra 17 :26-27]

Sudah jelas sekali dalam Al-Qur’an bahwa Allah melarang hambanya untuk menghambur-hamburkan harta secara boros dan berlebihan. Dan Allah menekankan bahwa pemboros adalah saudara-saudara setan yang jelas-jelas setan merupakan makhluk ciptaan Allah yang ingkar kepada penciptanya sendiri.

Tidak usah menongok terlalu jauh ke gaya hidup selebriti yang notabennya adalah hedonisme (meskipun tidak semua selebriti berprinsip hedonisme). Saat ini, coba tengok diri kita terlebih dahulu. Apakah kita sering membelanjakan uang secara berlebihan? Tanpa mengetahui manfaat dan mudharat barang yang telah kita beli. Tanpa merendahkan penglihatan kita kepada orang yang lebih membutuhkan, karena lebih banyak orang yang mebutuhkan untuk sesuap nasi.  Dari semua ini, hanya kita yang tahu jawabannya dan hanya kita sendirilah yang dapat merubah prinsip hedonisme dalam diri kita.

Setelah kita tahu seberapa besar hedonisme yang ada dalam diri kita, apakah kita akan menyingkirkan jauh-jauh hedonisme itu? Jawabannya sudah pasti iya. Sebagai hamba Allah yang taat kepada tuhannya, maka kita harus mematuhi perintahnya.  Salah satunya adalah menghindari prinsip hedonisme. Agar kita jauh dari lingkaran setan. Semoga Allah melindungi kita dari setan-setan yang terkutuk.

Oleh : Nitami

Kita tau kan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kewajiban dan hak,tapi kadang salah diartikan nih gan :O

ane pernah dengar dari seseorang bahwa manusia hidup itu punya 2 tugas,yang mana tugas ini disanggupi oleh manusia loh,,yaitu :

1.Hamba Allah, manusia di muka bumi itu adalah hamba Allah yang tentu merupakan anugerah terindah dan pastinya punya kewajiban ke Allah dong. Eits,tapi ane juga ga bilang kalau manusia juga ga punya hak loh,manusia punya kok terutama cewek,hak sepatu! haha,bukan bukan,tapi manusia  juga diberi hak nyata kok,bukti kecilnya aja kita bisa menghirup udara dengan gratis kan?! tenang aja,hehehe!

2.Khalifah di Bumi, ini nih tugas yang cukup berat buat kita gan,sekaligus tantangan nih :O kita kan ditugaskan untuk menjaga bumi,jadi kalau liat dari sumbernya itu berarti kalau ada  bencana alam  itu tuh akibat dari manusianya sendiri kan?,ya apa lagi ,karena manusia nggak bisa menjaga bumi nya dengan baik dan benar. tapi semua itu butuh proses kok,dan saling melengkapi.

Ada sedikit yang unik nih gan,kalau babi itu kan begitu dia makan,dia itu akan berhenti makan saat dia sendiri udah merasa cukup dan kenyang. Nah ,kalau manusia itu beda lagi,kalau dia makan apalagi punya  uang meski hasil korup,dia ga cukup mikirin kebutuhan korupnya sendiri tapi saking serakahnya,dia masukin deh daftar keluarganya dalam ‘kekorup’ an itu..bisa-bisa celon anak cucunya nanti sebelum lahir udah kedaftar dalam list ‘korupsi’ lagi..ya ampun ternyata serakah banget yah ngelebihin (maaf) babi,hehe..

Kalau merak,dia kan suka tuh memperlihatkan bulu indahnya,tapi itu punya sendiri loh. Kalau manusia?buat mamer aja bele-belain minjem uang kan buat beli barang-barang mewah. Habis itu,bingung deh mau bayar hutang pake apaan.

Kalau buaya? dia itu kan kalau setelah memburu mangsa dan kenyang,dia tuh kan langsung tidur yah. Tapi kalau manusia tuh rada beda,mau habis makan atau kegiatan apa aja dia bisa tidur loh. Waktu kuliah aja bisa tidur,hehehe (curhat)

karakter manusia itu ada karena kebiasaan manusia itu sendiri loh gan! 😀 dan kebiasaan itu dipengaruhi oleh 3 hal nih,

1.motivasi

manusia itu seharusnya termotivasi karena Allah,bukan yang lain.

2.agama + ilmu

ini gak bisa dipisahin loh,kalu dipisahin nenek bilang itu berbahaya,hehehe!

kalau kita tau ilmu,lama-lama akan paham,dan ambil hikmah dari itu semua.

3.terampil

ini maksudnya kalau kita melakukan sesuatu,dan terus-menerus,setelah itu kita perbaiki lagi biar lebih baik.

Inget gak kata ustad-ustad ganteng yang di tipi? kan apa yang menurut kita baik,belum tentu baik menurut allah. Tapi,apa yang menurut Allah baik untuk kita,ya pastinya baik buat kita. wong Dia yang menciptakan kita kok,masa tega memberi yang tidak baik buat kita?! Right?

Manusia itu adalah makhluk yang sempurna loh gan! kenapa? Yap! karena manusia memiliki akal,hati nurani,dan nafsu. beda dengan makhluk Allah yang lain kan?! Right?

Orientasi ita itu gak cuma duniawi aja tapi mulai mikirin akhirat juga. takut mati itu gak boleh,tapi kalau takut bekal untuk matinya urang itu baru boleh,toh kita gak akan hidup selamanya kan? Ehm,Tapi kalau manusia suka duit ya gak masalah,duit itu bisa membawa kita ke surga jika digunakan dengan ‘baik dan benar’ ,yang penting jangan sampe ‘nikah sama duit’ lohh..tapi kalau DUITS yang ini boleh kok,malah dianjurkan.. Doa Usaha Ikhlas Tawakal Syukur 😀

eh tau gak gan,ikhlas sama ridho itu beda loh.check it dot! Ikhlas itu mdah diucapkan tapi susah dilakukan.

Tapi kalau Ridho itu lebih tinggi dari ikhlas.

gan,ane ada ini nih,, langkah-Langkah membangun karakter unggul:

1.kilatan hati

2.memori

3.keyakinan

4.kemauan

5.tindakan

6.kebiasaaan

7.karakter

dan kita kudu tau nih, Who Am I? Siapa sich saya sebenarnya? Makhluk yang seperti apa dan ada apa dibalik itu semua :O

What Am I? Saya ni apa sebenarnya?

dan kalo udah semua tuh, ntar berujung pada ,,yeah,,This is me!! I am……I happy for….Isad for……Ilike …..and extera  😀

#dikutip dari kajian dikampus dgn sedikit polesan ala anak muda,,

jika ada kekurangan tolong dilengkapi,jka ada kelebihan tolong dikembalikan. Tak ada gading yang tak retak,Tak ada tuyul yang tak botak. saling mengingatkan yah gan! 😀 jazakumullah

Oleh : Ayu Faliha

Ya, karakter. Dewasa ini kerap kita dengar dengung-dengung pendidikan dan pembangunan karakter, khususnya di bumi Indonesia tercinta ini, baik itu karakter bangsa, karakter anak bangsa, karakter seorang pemimpin yang berdaulat, dan sebagainya.

Jadi apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan karakter itu?

Secara umum, menurut Prof. Suyanto, Ph.D, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Bicara soal definisi karakter tersebut, kini kita ulas sedikit mengenai karakter dari sudut pandang Islam. Karakter, dalam Islam, adalah sebagian kecil dari apa yang disebut dengan akhlak. Namun, meski karakter hanya menjadi salah satu faktor penentu baik buruknya akhlak seorang individu, karakter akan menjadi sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan dalam setiap tindakan-tindakan yang ditampilkan. Ketika seorang individu mengaku diri memegang teguh nilai-nilai keislaman, di situlah letak tanggung jawabnya mewujudkan kombinasi-kombinasi karakter yang ada dalam dirinya dengan menggunakan filter religiusitas (dalam hal ini Islam) dan ditampilkan dalam bentuk sikap dan tindakan yang sesuai dan yang diharapkan.

Seorang muslimah, yang kelak akan menjadi seorang ibu, berperan sebagai faktor utama di mana karakter seorang anak terbangun, khususnya karakter yang kokoh dalam pondasi Islam.Untuk itu, sebelum seorang muslimah mengemban tanggung jawab sebagai ‘pembangun karakter’ anak ataupun generasi penerus, sudah semestinya karakter si muslimah itu sendiri telah terbangun dan terbentuk. Seperti apa karakter idaman dari seorang muslimah? Mari kita simak sekilas review kisah hidup Sayyidatina Fatimah az Zahra yang menunjukkan kualitas beliau sebagai seorang muslimah yang berkarakter.

1. Fatimah sebagai putri tersayang Rasulullah SAW

Yang pertama, sosok seorang Fatimah adalah sangat mirip dengan ayahnya, baik sisi rupa maupun akhlak. Dikisahkan dan dirawikan oleh Aisyah ra (istri Rasulullah SAW) bahwa Aisyah tidak melihat seseorang yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Rasulullah selain Fatimah. Dari sini dapat kita ambil hikmah dan kesimpulan ringkas bahwa sosok Fatimah merupakan duplikasi Nabi Muhammad SAW dalam versi seorang wanita.

Yang kedua, Fatimah sebagai seorang anak sangat mencintai ayahnya melebihi cintanya kepada siapapun, kecuali Allah SWT. Seperti halnya yang pernah disebutkan dalam kisah-kisah hidup Fatimah sedari belia hingga wafat, bahwa setelah wafatnya Siti Khadijah as, ia merawat Rasulullah saw, menggantikan peran ibundanya bagi ayahnya itu. Yang demikian itu menjadikan Rasulullah saw menyebutnya Ummu abiha (ibu bagi ayahnya). Sedemikian besar rasa cinta Fatimah yang dicurahkan kepada ayahnya, hingga dalam suatu waktu ketika Rasulullah saw berada di atas mimbar khuthbahnya beliau mengungkapkan, “Sungguh Fatimah bagian dariku. Siapa yang membuatnya marah berarti membuatku marah”.

2. Fatimah sebagai istri tercinta Ali bin Abi Thalib as

Sebagai seorang istri, Fatimah begitu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya pada suaminya. Beliau senantiasa memberikan rasa gembira, dengan memberi perlakuan yang khas untuk suaminya dan selalu menyertai panggilan ‘Ya Amirul Mu’minin’ (wahai pemimpin kaum muslimin) teruntuk Ali ibn Abu Thalib as.

3. Fatimah sebagai cermin dan penuntun kaum wanita

Beliau dijuluki ‘sayyidatun nisa’il ‘alamin ’ yang berarti penghulu wanita alam semesta. Mengapa? Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa akhlak beliau tak jauh berbeda dengan akhlak Rasulullah saw yang siddiq dan amanah, sehingga yang demikian itu menjadikan beliau mendapat julukan ‘as siddiqah’. Disebutkan oleh Aisyah binti Abu Bakr “Akhlak Rasulullah saw adalah Al Quran..”. Dengan kata lain, sebaik-baik teladan bagi seluruh umat adalah Rasulullah Muhammad saw, sedangkan sebaik-baik karakter teladan wanita bagi setiap muslimah adalah Fatimah Az Zahra binti Muhammad ibn Abdullah.

Sehingga Fatimah merupakan sosok yang dapat menjadi panutan karakter seorang muslimah. Dan Fatimah merupakan sosok idaman para muslimah. Seperti yang telah dijelaskan diatas, Fatimah merupakan cermin dan penuntun kaum wanita. Bagi muslimah, kita bisa meneladani karakter Fatimah putri tersayang Rasulullah tersebut.

Oleh: kesppi | 11 Mei 2012

Siapa Sebenarnya yang Rugi?

Oleh : One Meidyana

Jujur merupakan salah satu sifat terpuji dalam islam. Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balsan yang luar biasa untuk mereka. Termasuk kedalam jujur adalah jujur kepada Allah, jujur kepada diri sendiri, dan jujur kepada sesama. Rasulullah SAW bersabda “senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kebajikan, dan kebajikan membawa kepada surga. Seseorang yang senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur, akhirnya ditulis disisi Allah sebagai seseorang yang selalu jujur. Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa ke neraka. Seseorang yang dusta dan selalu berdusta, hingga akhirnya ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta.” (Hadits Shahih)

Secara sederhana, jujur di definisikan sebagai keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Kejujuran ialah saat ucapan dan perbuatan seseorang itu sesuai dengan apa yang ada di dalam batinnya. Lawan dari jujur adalah dusta. Secara sederhana dusta dapat diartikan sebagai ketidakselarasan antara berita dengan kenyataan.

Saat kita berkata atau berbuat tidak jujur (dusta) terhadap seseorang, entah itu berdampak besar ataupun tidak terhadap yang kita dustai, hakikatya kita sedang mendzalimi diri sendiri, karena diri kita mengetahui dengan pasti bahwa kita berdusta namun tetap mengingkari kebenaran yang ada. Apakah kita menyukai orang yang perkataannya berisikan dusta? Tentu tidak bukan? Orang-orang demikian hanya akan diwaspadai dan tidak akan diberikan kepercayaan oleh orang-orang terdekatnya. Demikian pula hati nurani kita, ia pun akan merasa tidak suka jika kita berdusta. Lantas jika diri sendiri saja tidak bisa mempercayai kita, siapakah yang akan percaya?

Karena itu, saat kita berdusta sebenarnya yang mendapat kerugian besar bukanlah orang yang kita dustai, melainkan kita sendiri, karena kita secara tidak sadar kita telah mendzalimi diri sendiri, dusta juga membawa dosa kepada kita dan mendekatkan kita kepada neraka. Saat kita mendustai orang lain, mereka selalu memiliki pilihan untuk terpengaruh atau tidak terhadap apa yang kita katakan, tetapi diri kita sendiri sudah pasti akan mendapat pengaruh karena dusta yang kita buat.

(Artikel dibuat dalam rangka mengingatkan, khususnya diri sendiri, bukan dalam rangka menggurui, semoga bermanfaat 😀 )

Oleh: kesppi | 9 Mei 2012

FORGIVENESS FOR GOOD

Oleh : Pramita Febriyani Dewi

Tidak ada seorang pun di dunia ini yang benar-benar sempurna. Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, egois, tidak ramah, atau ceroboh. Setiap manusia juga pasti pernah merasakan bagaimana rasanya sakit hati, rasanya bergulat  dengan cinta diri yang berlebihan, berperang melawan rasa takut,  dan bagaimana memperjuangkan rasa cinta. Kita juga merasakan bagaimana kecewanya kita ketika ingin menjadi orang besar tapi masih saja bertingkah seperti orang “kerdil”; ketika kita ingin menjadi orang yang lembut tapi tetap saja bertindak kasar; ketika ingin menjadi bijaksana tapi terus saja bertindak konyol.

Hal-hal yang telah dipaparkan di atas hanyalah sebagian kecil dari fenomena-fenomena yang kita alami sebagai manusia. Dari sekian banyak fenomena tersebut salah satu yang mungkin sering kita alami adalah sakit hati (di sini maksudnya bukan sakit hati karena putus cinta atau apa yaa..). Karena pada hakikatnya kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupan kita, maka interaksi dengan orang lain merupakan suatu kewajaran dan keharusan. Namun adakalanya dalam interaksi tersebut ada hal-hal yang tidak berkenan di hati kita. Adakalanya tindakan orang lain membuat kita tidak nyaman, sedih, kecewa, atau pun marah. Tetapi bukan berarti ketika kita mengalami perasaan tidak nyaman, sedih, kecewa, dan marah tersebut lantas kita melakukan hal yang sama terhadap orang lain.

Kita semua sebenarnya terlahir di dunia ini untuk saling memberikan kesembuhan-untuk saling menyembuhkan satu sama lain atas setiap pikiran yang salah, perkataan yang salah, dan perilaku yang salah. Kita juga sebenarnya telah dilengkapi dengan sejumlah sarana yang menakjubkan untuk mengatasi fenomena-fenomena kehidupan di atas, dan salah satu sarana yang paling menakjubkan dari seluruh sarana yang diberikan adalah rela maafkan atau forgiveness.

Memaafkan bukan berarti kita mengakui bahwa kita kalah, melainkan memperkaya hati kita. Memaafkan dapat membawa sukacita ketika kesedihan melanda, kedamaian ketika pertikaian berkecamuk, dan kegembiraan ketika amarah meledak. Dan rela memaafkan dapat membawa Kita kepada siapa diri Kita sebenarnya.

Terkadang sesuatu yang kita maksudkan itu sulit untuk dilakukan. Seperti halnya rela memaafkan. Terkadang pikiran kita menolak untuk memaafkan seseorang, apa pun alasannya. Dari pemikiran yang tidak mau memaafkan tersebut ternyata terdapat beberapa efek samping yang dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap diri kita, khususnya kesehatan kita. Masalah yang mungkin muncul karena pikiran yang tidak mau memaafkan itu antara lain dapat berupa pusing, depresi, kurang energy, cemas, mudah sakit, tegang dan “mau mati”, tidak bisa tidur dan istirahat, ketakutan yang tak beralasan, serta tidak bahagia akan hidup kita (Jampolsky, Gerald G. 2001)

Hal-hal tersebut hanya sebagan dampak negatif yang mungkin disebabkan oleh ketidakmauan kita untuk memaafkan. Memang, berkata-kata itu lebih mudah daripada melakukan. Tetapi bukan berarti hal tersebut tidak mungkin. Maka dari itu, mulalah dari saat ini (setelah anda membaca artikel ini) untuk mencoba rela memaafkan. Ingat, lakukan hal ini secara terus menerus. Karena rela memaafkan bukanlah sesuatu yang hanya kita lakukan satu atau dua kali saja melainkan suatu proses yang berkelanjutan. Mengapa? Karena hal ini juga dapat dijadikan sebagai alat pelindung yang menghindarkan kita dari dampak negatif yang telah disebutkan di atas. Rela memaafkan berarti tidak terus-terusan terbayang oleh kesalahan masa lalu dan terbebas dari amarah dan pikiran yang suka menyalahkan. Rela memaafkan bukan hanya untuk orang lain, tapi juga diri sendiri. Maka maafkanlah, sesungguhnya memaafkan itu akan membawa ketenteraman bagi jiwa kita, bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga untuk I seterusnya, selama kita masih dapat menikmati karunia kehidupan yang dianugerahkan oleh Allah kepada kita. That’s why we call it forgiveness for good !!!

*untuk mengetahui lebih lanjut mengenai memaafkan, silahkan baca “Rela Memaafkan, Obat Paling Ampuh” yang ditulis oleh Gerald G. Jampolsky, M.D

Older Posts »

Kategori